Gus Bowii
Di tahun ketiga sejak didirikan, Majapahit menghadapi pemberontakan pertama, yaitu pemberontakan Ranggalawe, Adipati Tuban. Pemberotakan ini dipicu oleh rasa kecewa Ranggalawe kepada Raden Wijaya, karena mengangkat Lembu Nambi sebagai Mahapatih Majapahit. Pembagian posisi atau jabatan di Majapahit setelah berhasil mengalahkan Jayakatwang di Daha dan mengusir tentara Mongol, menunjukkan pembagian jabatan kepada Aria Wiraraja dan anak-anaknya, yaitu: mPu Nambi sebagai Mahapatih Majapahit, Lembu Sora sebagai Patih Daha, Ranggalawe menjadi Adipati Tuban dan Pesangguhan di istana Majapahit –bersama Aria Wiraraja yang menjadi penguasa wilayah timur Majapahit yang berpusat di Tuban.
Di tahun ketiga sejak didirikan, Majapahit menghadapi pemberontakan pertama, yaitu pemberontakan Ranggalawe, Adipati Tuban. Pemberotakan ini dipicu oleh rasa kecewa Ranggalawe kepada Raden Wijaya, karena mengangkat Lembu Nambi sebagai Mahapatih Majapahit. Pembagian posisi atau jabatan di Majapahit setelah berhasil mengalahkan Jayakatwang di Daha dan mengusir tentara Mongol, menunjukkan pembagian jabatan kepada Aria Wiraraja dan anak-anaknya, yaitu: mPu Nambi sebagai Mahapatih Majapahit, Lembu Sora sebagai Patih Daha, Ranggalawe menjadi Adipati Tuban dan Pesangguhan di istana Majapahit –bersama Aria Wiraraja yang menjadi penguasa wilayah timur Majapahit yang berpusat di Tuban.
Menurut Ranggalawe, orang yang lebih layak menjadi Mahapatih di
Majapahit adalah Lembu Sora. Banyak pengikut Ranggalawe malah berpendapat bahwa yang
pantas menjadi Mahapatih di Majapahit adalah Ranggalawe, mengingat jasa-jasanya
mengalahkan panglima perang utama Jayakatwang. Versi kelompok ini bahkan
dituangkan dalam Kidung Panji Wijayakrama bahwa Ranggalawe yang menjadi
Mahapatih di Majapahit. Ranggalawe menyampaikan ketidakpuasannya kepada Rajasa
Jayawardhana dengan keras di istana Majapahit, tapi bisa diatasi oleh kakaknya Lembu
Sora yang meminta Ranggalawe untuk pulang ke Tuban untuk berunding dengan
ayahnya –Aria Wiraraja.
Kepulangan Ranggalawe ke Tuban sambil membawa kemarahan berkembang
menjadi desas-desus bahwa Ranggalawe akan melakukan pemberontakan. Dalam sidang
militer akhirnya diputuskan bahwa Ranggalawe melakukan makar dan harus dihadapi
dengan operasi militer. Pada tahun 1295, Kerajaan Majapahit mengirimkan pasukan
yang dipimpin Mahisa Anabrang untuk menghadapi pemberontakan Ranggalawe.
Pasukan Ranggalawe menyambut pasukan Majapahit dan terjadi pertempuran di Kali
Tambak Beras, di wilayah Gresik saat ini. Pertempuran ini melibatkan dua orang
panglima yang sama-sama terkenal di Majapahit, yaitu: (1) Ranggalawe yang
menjadi panglima dalam perang melawan pasukan Jayakatwang dan pengusiran pasukan Mongol melawan (2) Mahisa
Anabrang yang menjadi panglima dalam pasukan ekspedisi Pamalayu yang berhasil
memenangkan kerjasama dari Raja Dharmasraya
Mauliwarmadewa.
Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan Pasukan Majapahit begitu
Mahisa Anabrang mengalahkan Ranggalawe dalam pertempuran di sungai. Tapi kemenangan
pasukan Majapahit ini berakhir tragis karena Mahisa Anabrang tewas dibunuh Lembu
Sora dari belakang.***
No comments:
Post a Comment