![]() |
Prasasti Sumur Bandung |
Setelah Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 wilayah Pulau Jawa memasuki
babak baru yang damai, tidak ada peperangan perebutan kekuasaan antar para
pewaris tahta Kerajaan Mataram yang selalu melibatkan VOC dalam peperangan.
Situasi aman dan damai di Pulau Jawa dan wilayah lain di Nusantara ini
berlangsung sampai memasuki awal abad 19, dan kerajaan-kerajaan yang ada maupun
VOC tidak mengeluarkan banyak anggaran untuk membiayai peperangan. Tapi yang
terjadi pada VOC sebagai perusahaan justru mengherankan –bukannya mengalami
kemajuan malah menghadapi kebangkrutan. Hal ini terjadi karena dua hal: pertama, penyalahgunaan kekuasaan para
pejabat VOC dan kedua, kekalangan
Negara Belanda dalam perang melawan Perancis. Napoleon Bonaparte mengambil alih
Negeri Belanda, dan membuat keputusan penting: “Membubarkan VOC pada 1 Januari
1800 dan Pemerintah Hindia Belanda mengambil alih kekuasaan terhadap wilayah
Indonesia (Hindia Belanda)".
Salah satu Gubernur Jenderal Belanda di Hindia Belanda yang terkenal
adalah Herman Willem Daendels, yang berkuasa dari tahun 1808 sampai dengan
1811. Hal yang membuatnya terkenal adalah pembangunan “Jalan Raya Pos” yang
menghubungkan Pulau Jawa dari Anyer di ujung barat sampai ke Panarukan di ujung
timur. Di Jawa Barat, jalur yang dilewati salah satunya adalah wilayah cekungan
Bandung. Setelah menerima pesan dari Deandels, Bupati Bandung Wiranatakusumah
II mencari tempat yang cocok sebagai pusat kota baru yang berada di jalur Jalan
Raya Pos yang dimaksudkan oleh Deandels. Dalam penelusurannya, RA
Wiranatakusumah II menemukan sumur di tepi Kali Cikapundung, yang dinamakan
sebagai Sumur Bandung. Di dekat Sumur Bandung ini kemudian dibangun jembatan
yang menghubungkan sisi barat dan sisi timur Kali Cikapundung.
Selesai pembangunan jembatan di atas Kali Cikapundung pada tahun 1810,
Gubernur Deandels bersama Bupati
Wiranatakusuma II berjalan kaki melewati jembatan ke sisi timur Kali Cikapundung. Mereka terus
berjalan ke arah timur sejauh 100 meter, kemudian Deandels menyampaikan pesan
kepada RA Wiranatakusumah II (sambil menancapkan tongkatnya ke tanah) agar
“Bila saya datang kembali ke sini suatu saat nanti, saya harap di sini sudah
dibangun sebuah kota”. Sebagai kelanjutan pesannya tersebut pada 25 September
1810, Herman Willem Daendels mengeluarkan surat keputusan tentang pembangunan
sarana dan prasarana untuk kawasan ini sebagai pusat pemerintahan Bandung
Priangan, dengan titik yang ditunjuknya dengan tongkat komando sebagai sebagai
titik “0”.
Sejak saat itu, pembangunan pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung dilaksanakan.
Di kemudian hari peristiwa ini diabadikan sebagai hari jadi Kota Bandung.
Pemerintahan Kabupaten Bandung yang sebelumnya berpusat di daerah sekitar Kali
Citarum di daerah Dayeuh Kolot, dipindah ke pusat pemerintahan baru di sisi
kiri-kanan Kali Cikapundung. Tanggal surat keputusan yang dikeluarkan oleh
Herman William Deandels ini kemudian dijadikan sebagai hari berdirinya Kota
Bandung dan titik yang ditunjuknya sebagai titil 0 (nol) kilometer Kota
Bandung. Pada tahun 2004, Gubernur Jawa Barat mempertegas “Titik Nol” tersebut
dengan membangun Prasasti “0 Km” Kota Bandung dan menempatkan kereta api kuno
menghiasi titik lokasi tersebut.
Kini kebanyakan orang hanya mengenang Herman William Deandels berkaitan
dengan pendirian Kota Bandung, yang berkaitan dengan tiga hal, yaitu: (1) Jalan
Pos yang melintasi Kota Bandung, (2) titik nol kilometer Kota Bandung yang
ditunjuk tongkat Deandels, dan (3) surat keputusan Deandels tentang pembangunan
pusat pemerintahan pada tanggal 25 September 1810.
Sesungguhnya ada hal lain yang penting dikenang berkaitan pendirian
Kota Bandung, yaitu Sumur Bandung. Dari sumur yang ditemukan oleh RA.
Wiranatakusumah II inilah ditentukan titik pembangunan Jembatan Kali
Cikapundung yang membuka pembangunan jalan ke arah timur wilayah Bandung. Sumur
Bandung yang ditemukan di awal abad 19 tersebut hingga kini masih ada dan
terawat. Hanya saja posisinya seperti tersebunyi karena terletak di dalam
Kantor PLN Kota Bandung, sehingga tidak banyak masyarakat yang tahu. Sumur Bandung
dalam bentuk “sumur” yang terletak di teras dalam Gedung Kantor PLN ini ditutup
dengan penutup berbentuk mahkota dan masih menghasilkan air jernih. Di
hari-hari tertentu, Sumur Bandung didatangi pengunjung untuk mengambil air yang
dipercaya mengandung berkah dan kekuatan.
Di sumur ini ada prasasti Sumur
Bandung yang tertulis tanggal 25 Mei 1811 atas nama RA Wiranatakusumah II. Di
prasasti tersebut tertulis “Sumur Bandung
Mere Karahayuan ka Rahayat Bandung, Sumur
Bandung Mere karahayuan ka Dayeuh Bandung, Sumur Bandung Kahayuning Dayeuh Bandung”. Sumur Bandung ini menjadi
nama Kelurahan dan Kecamatan tertua di Kota Bandung, yaitu Kecamatan Sumur
Bandung.
Di hari jadi Kota Bandung, selain mengingat Deandels dengan “0 Km”-nya,
patut juga dikenang “Sumur Bandung” yang ditemukan oleh RA Wiranatakusumah
sebagai titik awal pusat pemerintahan Kabupaten Bandung di awal abad 19.
25 September 2016 Kota Bandung genap berusia 20enja6 tahun, Semoga makin mampu memberi kesejahteraan bagi
rakyat Bandung, semoga makin mantap dalam menjalankan mandat “Mere
Karahayuan ka Rahayat Bandung”. "Dirgahayu Bandung Juara"
No comments:
Post a Comment