![]() |
Prasasti Anjukladang |
Setelah ditimbang bahwa Tamwlang mudah diserang oleh pasukan laut
melalui Kali Brantas, istana Kerajaan Medang dipindah ke daerah Watugaluh yang
dinamakan sebagai Istana Wwatan di daerah Maospati Kabupaten Magetan. Ketika
terjadi serangan besar dari pasukan Wangsa Syailendra yang mendarat di Kali
Brantas, pasukan Kerajaan Medang bisa menahan serangan di Desa Anjukladang,
meraih kemenangan besar dan Mpu Sindok mulai membangun kekuatan militer dan
meluaskan wilayah di Jawa Timur. Di masa Mpu Sindok, Kerajaan Medang menguasai
wilayah sampai Kabupaten Malang. Hal ini dibuktikan oleh Prasasti Turyyan yang
dibuat oleh Mpu Sindok, Raja Medang yang bergelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri
Isanawikrama Dharmottunggadewa.
Kekuasaan Kerajaan Medang terhadap wilayah bekas Kerajaan
Kanjuruhan ini merupakan penguasaan ulang yang pernah dilakukan oleh Kerajaan
Medang di bawah pimpinam Raja Dyah Haji Balitung pada tahun 8 Ekspansi
Kerajaan Medang ke Kerajaan Kanjuruhan di wilayah Malang ini ditulis pada
Prasasti Sangguran.
Mpu Sindok meninggal dunia digantikan oleh menantunya Sri Lokapala
suami dari putri Mpu Sindok, Sri Isyanatunggawijaya. Raja ketiga Kerajaan
Medang adalah cucu Mpu Sindok, Makutawangsawardhana yang berkuasa sampai 905.
Puncak Kejayaan
Kerajaan Medang mengalami perkembangan pesat di bawah pimpinan
raja Dharmawangsa. Raja keempat Wangsa Isyana ini berhasil menciptakan
keamanan, membangun kekuatan militer yang tangguh dan membangun koalisi dengan
kerajaan lain, salah satunya Kerajaan Bedhahulu di Pulau Bali yang dipimpin
Raja Udayana. Koalisi ini juga diikat oleh tali perkawinan antara Raja Udayana
dengan adik Raja Dharmawangsa, yaitu Mahendrata.
Dengan kekuatan pasukan dan koalisinya, Kerajaan Medang melakukan penyerangan
terus-menerus ke Wangsa Syailendra sampai kekuatan dari Kerajaan Sriwijaya ini
terusir kembali ke pusat Kerajaan Sriwijaya di Sumatera. Dharmawangsa juga
membangun pasukan laut, sehingga membuatnya mampu melakukan ekspansi ke
pulau lain, termasuk menyerang Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatera, meskipun
gagal menaklukkan Kerajaan Sriwijaya.
Keruntuhan Kerajaan Medang
Kerajaan Medang mencapai puncak kejayaan pada tahun 1006, dengan
menjadi kerajaan terkuat di Pulau Jawa. Keluarga Wangsa Isyana memperkuat
koalisi dan kekerabatan dengan Kerajaan Bedhahulu melalui pernikahan putri
Dharmawangsa dengan putra Raja Udayana, yaitu Erlangga. Pesta perkawinan
diadakan di Istana Wwatan. Tapi pesta perkawinan Putri Kerajaan Medang dan
Putra Mahkota Kerajaan Bali ini berujung duka. Di saat keluarga kerajaan larut
dalam sukacita pesta pernikahan, istana Kerajaan Medang diserang oleh
pasukan Kerajaan Lawram yang dipimpin raja Aji Wurawari, yang merupakan sekutu
Kerajaan Sriwijaya. Kejayaan Kerajaan Medang Wangsa Isyana berakhir tragis dan
Raja Dharmawangsa tewas di istana. Kejayaan Kerajaan Medang pun berakhir.
Erlangga dan istrinya berhasil meloloskan diri bersama gurunya
yang bernama Narotama. Mereka menyelamatkan diri wilayah hutan di gunung (wana
giri), termasuk Gunung Lawu, dan daerah lain, termasuk Jombang. Setelah dalam
pelarian selama 3 tahun, Erlangga menyatukan keluarga dan pendukung Kerajaan
Medang yang tersisa. Erlangga kemudian membangkitkan kembali Wangsa Isyana
dengan membangun istana daerah dekat lereng Gunung Penanggungan yang dikenal
sebagai istana Watan Mas. Hanya saja kerajaan yang dibangun oleh Erlangga ini
lebih dikenal sebagai Kerajaan Kahuripan.
Peninggalan Kerajaan Medang
Ada beberapa bukti sejarah yang menjelaskan keberadaan Medang, terutama
berupa prasasti batu, baik yang dibangun di masa Mpu Sindok sampai dengan
Erlangga mendirikan Kerajaan Kahuripan. Beberapa prasasti ini diantaranya
Prasasti Turyyan yang ditemukan di Kecamatan Turen di Malang, Prasasti
Anjukladang di Kabupaten Nganjuk, dan Prasasti Pucangan yang ditemukan di
lereng Gunung Penanggungan. Prasasti Turyyan merupakan tugu batu untuk
pegukuhan pemberian anuegrah sima perdikan kepada penduduk daerah Turyyan.
Prasasti Anjukladang merupakan tugu batu bertulis yang dibuat oleh Mpu Sindok
untuk mengukuhkan pemberian anugerah sima perdikan kepada penduduk daerah
Anjukladang.
Prasasti Pucangan dibuat oleh Raja Airlangga, yang dibangun untuk
mengukuhkan pembangunan tempat suci di lereng Gunung Penanggungan. Prasasti
Pucangan merupakan informasi paling lengkap tentang keberadaan Kerajaan Medang
di Jawa Timur, di bawah kepemimpinan Wangsa Isyana. Selain menjelaskan silsilah
Raja Erlangga mulai dari Mpu Sindok, Prasasti Pucangan menceritakan peristiwa
penyerangan oleh Kerajaan Lawram yang terjadi di hari pernikahan Erlangga
dengan putri Dharmawangsa. Prasasti Pucangan saat ini ada di Museum Kalkuta di
India.
No comments:
Post a Comment