Gus Bowii
![]() |
Prasasti Palah di Candi Penataran Blitar |
Prasasti Palah dibangun atas perintah Raja
Kertajaya yang merasa bahagia dan bersyukur melihat kenyataan “empat penjuru
tidak sirna dari bencana”. Rasa syukurnya tersebut dicurahkan dalam tulisan
dalam linggapala yang ditulis oleh Mpu Amogeswara atau Mpu Taluluh pada tahun
1197. Prasasti batu ini difungsikan untuk menyembah Batara Palah, sebagaimana
tertulis dalam prasasti “sdangnira Çri Maharaja sanityangkên pratidina i sira paduka bhatara palah” yang
berarti “Ketika dia Sri
Maharaja senantiasa setiap hari berada di tempat Bathara Palah”. Prasasti Palah
juga menyebutkan tentang peresmian sebuah tanah perdikan yang diberikan untuk kepentingan Sira Paduka Batara Palah.
Tidak
dijelaskan bencana apa yang dimaksudkan di dalam prasasti, tapi prasasti
berbentu tugu batu bertulis ini dibangun 4 tahun setelah Kertajaya selamat dari
serangan pasukan Kerajaan Jenggala, bahkan Tunggul Ametung berhasil melakukan
serangan balik ke istana Kerajaan Jenggala di Kutaraja. Selain bencana serangan
dari Sri Maharaja Girindra, kemungkinan bencana lain adalah letusan Gunung
Kelut yang terletak di perbatasan wilayah Kabupaten Blitar dengan Kabupaten
Malang. Prasasti Palah dan komplek Candi Penataran terletak kurang lebih 10
kilometer di barat daya Gunung Kelut. Prasasti Palah dan Candi Penataran,
menurut analisis Danis Lombar dimaksudkan sebagai Pemujaan terhadap Dewa
Gunung, dalam hal ini Gunung Kelud.
Prasasti
Palah termasuk prasasti insitu, yang berarti tetap berada di tempatnya di
bangun, yaitu berada di halaman Candi Penataran di Desa Penataran, Kecamatan
Nglegok, Kabupaten Blitar. Candi Penataran dibangun di kawasan yang ditetapkan
sebagai daerah perdikan, dan bangunan-bangunan yang ada di kawasan Candi Penataran
dibangun terutama pada masa Kerajaan Majapahit.
No comments:
Post a Comment