Agus Wibowo
![]() |
Candi Ijo di Kediri/Iyum |
Erlangga juga berusaha melakukan pendekatan ke Bali, dimana
dia mempunyai ha katas tahta Bedhahulu, karena Erlangga adalah putra mahkota di
sana. Tapi Kerajaan Bedahulu ternyata sudah diwariskan kepada adiknya. Karena
tidak mempunya pilihan yang lebih baik, Erlangga akhirnya memutuskan untuk membagi
Kerajaan menjadi dua. Dengan bantuan Mpu Barada, pendeta kerajaan, Erlangga
membangi Kerajaan Kahuripan menjadi 2 kerajaan, yaitu Jenggala dan Panjalu. Kerajaan
Jenggala memiliki wilayah di timur Gunung Kawi sedangkan Kerajaan Panjalu
memiliki wilayah yang terbentang di barat Gunung Kawi, termasuk wilayah Kediri.
Kerajaan Jenggala diberikan kepada Mapanji Gasarakan yang
berkuasa di Kota Kahuripan yang sudah ada, sedangkan Kerajaan Panjalu harus
membangun kota baru. Kota baru ini akhirnya dibangun di daerah Kediri, tepatnya
di Daha. Istana Daha dibangun di sisi barat Kali Brantas yang membelah wilayah
Kediri. Ibukota Kerajaan Panjalu dibangun berdasarkan pertimbangan agar
kerajaan ini bisa mengontrol wilayah selatan, mempunyai akses ke laut melalui
Kali Brantas, dan bisa mengembangkan ekonomi pertanian.
Kota Daha sebagai ibukota kerajaan kemudian
terbukti bertahan sampai beberapa abad kemudian. Ketika Raja Jayabaya berhasil
menyatukan Kerajaan Panjalu dan Jenggala, ibukota tetap di Daha Kediri. Ketika Kerajaan
Singasari mengalahkan Kertajaya di tahun 1222, Ken Arok tetap menjadikan Daha
sebagai kota penting dan menempatkan putranya, Mahisa Wong Ateleng, sebagai
raja muda yang berkedudukan di Daha. Ketika berhasil mengkudeta Kertanegara
sebagai Raja Singasari, Jayakatwang menamakan kerajaan sebagai Kediri dan tetap
berpusat di Daha. Eksistensi Kota Daha bahwa tetap sampai Jaman Majapahit,
dimana Daha menjadi salah satu istana Raja kerajaan bawahan yang ditempati oleh
keluarga raja.
Pada saat Kerajaan Majapahit memiliki dua raja, yaitu Bre
Kertabumi dan Singhawikramawardhana, Kota Daha menjadi pusat pemerintahan
Majapahit barat. Ibukota terkhair Majapahit justru tetap di Daha ketika
Girisawardhana berhasil menyatukan kembali Majapahit di tahun 1478. Kota Daha tetap popular di abad 17 ketika
Trunojoyo memberontak kepada Amangkurat I yang berkuasa di Kerajaan Mataram. Trunojoyo menjadi Daha sebagai pusat kerajaannya sebelum digempur oleh Tentara VOC yang berhasil menangkapnya.
.