Agus Wibowo
![]() |
Prasasti Kutai |
Museum Nasional di Jakarta memiliki banyak koleksi benda
bersejarah di Indonesia. Dari benda-prasejarah berupa gading gajah raksasa,
arca-arca di masa kerajaan, benda teknologi, alat transportasi, senjata untuk
perang, maupun prasasti berisi naskah yang menjadi bukti fase perjalanan
Indonesia masuk masa sejarah. Saat berkunjung ke Museum Nasional awal Oktober
2017, sedang ada renovasi sisi kanan museum, sehingga saya tidak bisa melihat
koleksi yang berupa arca. Baruntung masih ada yang buka, yaitu lantai 2
-naiknya pakai eskalator.
Begitu sampai di lantai dua, saya langsung melihat jajaran
prasasti yang pajang terbuka maupun di dalam kaca. Saya langsung melihat
prasasti berbentuk tiang batu yang ternyata adalah Prasasti Kutai. Ini adalah
prasasti yang menjadi batas masa prasejarah dan masa sejarah di Indonesia.
Mengapa demikian, karena prasasti Kutai merupakan peninggalan sejarah bertulis
tertua yang ditemukan di Indonesia. Di sampingnya ada prasasti Sywagrha yang
ada di dalam kotak kaca. Prasasti ini merupakan peninggalan Rakai Kayuwangi
yang menceritakan pembangunan Candi Prambanan yang dilakukan oleh Rakai
Pikatan, ayah Rakai Kayuwangi.
Pajangan prasasti di lantai 2 museum nasional sangat banyak,
ada replika Prasasti Ciaruteun yang
![]() |
Perahu Panjang Papua |
sangat besar peninggalan Raja Purnawarman
dari Taruma Negara, ada prasasti Kayu Angin peninggalan Sri Aryeswara Raja
Panjalu dan lainnya. Terus bergeser ke tengah ada benda yang berkaitan dengan
kapal laut, ada jangkar, lampu kapal, replika kapal pinishi dan kapal lette
dari madura. Belok ke kanan ada pajangan kompas dan globe yang mulai digunakan
di akhir abad 19. Di bagian ujung ada perahu panjang dari Papua yang bikin
takjub. Perahu ini sangat panjang, dibuat dari gelondongan kayu tanpa
sambungan. Perahu ini mengingatkan saya pada perahu bangsa Viking yang ada di
game Age of Empire.
![]() |
3 Lempeng Prasasti Malurung |
Setelah saya berpikir sudah tidak ada prasasti lagi, saya
melihat jajaran prasasti dalam bentuk lempeng tembaga atau perunggu. Ada ada
prasasti Mula Malurung 3 lempeng, ada prasasti Dhanadi, prasasti pamintihan dan
lainnya. Prasasti Mula Malurung yang saya tahu ada 12 lempeng, 9 lempeng
ditemukan tahun 1975 dan tiga lempeng sisanya ditemukan di pedagang barang
loakan di Kediri pada tahun 2001. Prasasti ini berisi nama raja-raja Singasari
dan anak-anak Ken Arok.
Prasasti Pamintihan yang ditemukan di selatan Bojonegoro
diberikan oleh Raja Majapahit di Daha, yaitu Singhawikramaqardhana yang
bergelar Brawijaya IV. Prasasti ini dibuat sebagai pengukuhan pemberian anugrah
tanah perdikan karena desa memberikan perlindungan bagi Brawijaya IV saat melarikan
diri dari pemberontakan Bre Kertabhumi yang kemudian memjadi raja Majapahit di
istana Trowulan bergelar Brawijaya V.
![]() |
Senapan Sniper di Perang Padri |
Di ruang pajang sebelah, dipajang beberapa senjata maupun
alat perang, ada bermacam pedang, keris, meriam ber-roda dorong serta senapan
laras panjang sepanjang 2 meter lebih. Dari keterangan yang ada di meja pajang,
senapan laras panjang ini digunakan dalam perang Padri di Sumatera Barat.
Senjata sniper ini digunakan oleh
tentara Belanda untuk menhadapi pasukan Minangkabau yang dipimpin oleh Tuanku
Imam Bonjol.
![]() |
Rompi Perang dari Logam Kuningan |
Ada satu lagi yang membuat saya takjub yaitu rompi dan topi
perang yang terbuat dari logam kuningan. Topi dan rompi perang ini berasal dari
Sulawesi Selatan, ini merubah pandangan saya, bahwa pasukan di jaman Kerajaan
dulu bertelanjang dada dan tanpa perlindungan karena sakti.
Masih banyak yang ingin saya lihat dan saya simak di Museum
Nasional, tapi harus bersabar menunggu renovasi selesai. Ketika saya datang di
tahun 2007, jajaran arca yang merupakan penghormatan arwah raja sebagai dewa,
saat ini belum bisa dilihat karena ditutup. Saya juga belum menemukan informasi
lebih lengkap tentang isi prasasti yang dipajang di Museum Nasional.
Sebagai obyek wisata, Museum Nasional mudah ditemukan karena
terletak di jalan utama, yaitu medan merdeka barat, tepat menghadap shelter
busway Monumen Nasional. Jika ditempuh dari Stasiun Juanda juga dekat yaitu
naik ojek 15 ribu atau taksi 20 ribu. Jika naik ojek atau taksi online lebih
murah lagi. Meski mudah dicari, jika salah sebut bisa tersesat atau sopir tidak
tahu. Resminya museum ini bernama museum nasional, tapi masyarakat Jakarta lebih mengenalnya sebagai
Museum Gajah. Hal ini karena adanya patung gajah di halaman utama museum.
Ketika
saya berkunjung, cukup banyak yang datang, termasuk ketika hari Jumat. Ada
turis asing dari Eropa, dari Arab, maupun India. Mereka begitu antusias
melihat-lihat dan membaca keterangan dalam Bahasa Inggris meskipun sangat
terbatas. Museum nasional kini relative lebih tertata, lebih informative
dengan tiket masuk yang masih lima ribu rupiah perorang. Semoga semakin baik
dan semakin memberikan manfaat, menjadi pusaka nasional.
No comments:
Post a Comment