Agus Wibowo
![]() |
Tugu Pahlawan Surabaya (Wid) |
Tanggal
10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan dan Hari Jadi Kota Surabaya,
serta Hari Jadi Kerajaan Majapahit pada tahun 1293. Tanggal tersebut diperingati
sebagai Hari Pahlawan merujuk pada perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia
yang terjadi di Surabaya tiga bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Perang ini terjadi antara Pasukan Sekutu yang dipimpin oleh Inggris melawan puluhan ribu pemuda dari Jawa
Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat yang berkumpul di Surabaya.
Perang
terjadi setelah pihak sekutu mengancam akan membumi hanguskan Surabaya apabila semua
laskar bersenjata di Surabaya tidak menyerahkan senjata yang dirampas dari Pasukan Jepang. Ancaman yang disebar melalui pesawat udara tidak
digubris, bahkan Bung Tomo membakar semangat pemuda Surabaya untuk terus melawan.
Karena ancaman tidak dituruti, Pasukan Sekutu menyerang dengan semua kekuatan,
mengebom dari kapal yang merapat di muara Kali Mas, menurunkan pasukan tank,
serta pasukan infantri bersenjata lengkap. Ribuan pemuda tewas dalam peristiwa ini.
Laskar dan pemuda di Surabaya tidak sanggup memberikan perlawanan berarti
karena senjata terbatas, berupa senjata rampasan dari gudang Jepang, golok, pedang maupun bambu runcing.
Sebagian
besar pemuda yang terlibat dalam perang Surabaya adalah santri dari pesantren
di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat yang digerakkan oleh para Kiai yang
patuh kepada Kiai Haji Hasyim Asyari. Perang habis-habisan pada 10 November 1945
ini memunculkan pertanyaan karena ternyata bertepatan dengan hari proklamasi Kerajaan Majapahit pada tahun 1293. Meskipun proklamasi Kerajaan Majapahit
dilakukan di Tarik dekat Mojokerto, wilayah Surabaya juga menjadi ajang
pertempuran antara pasukan Raden Wijaya dan Aria Wiraraja dengan Pasukan
Mongol yang dikirim Dinas Yuan dari China.
Pertanyaan
berikutnya "Apakah para Kiai NU tahu bahwa tanggal 10 November
adalah “hari jadi Majapahit” dan karenanya berusaha membuat peristiwa besar di
hari tersebut? Sepertinya tidak. Dari film "Sang Kiai" tanggal 10 November 1945 tidak
dipilih secara sengaja mengaitkan dengan 10 November 1293. Dalam film
diceritakan bahwa Bung Tomo menginginkan penyerangan ke Pasukan Sekutu
dilakukan pada 8 November, tapi Kiai Hasyim meminta untuk menunggu Kiai Abbas
yang datang dari Buntet Cirebon.
Ketika
Bung Tomo bertanya “Mengapa harus menunggu Kiai Abbas?” Kiai Hasyim menjawab “..kamu
akan kalah jika perang tanggal 8 November. Menunggu mbah Abbas karena beliau
orang yang tidak pernah tidur di malam hari, karena hatinya takut putus
hubungan dengan Allah. Doanya makbul”.
Perang
tidak terjadi pada 8 November dan tidak juga terjadi pada 9 November, melainkan
pada 10 November 1945. Kalau 10 November bukan dipilih oleh komandan pasukan republik maupun
para Kiai, bisa jadi tanggal 10 November dipilih oleh Pasukan Sekutu. Kemungkinan
ini lebih masuk akal, karena Pasukan Inggris tahu lebih banyak tentang sejarah
Pulau Jawa, karena mereka pernah menugaskan Stamfor Raffles sebagai Gubernur
Jenderal wilayah Jawa dan Sumatera di tahun 1811 sampai tahun 1816.
Selama menjalankan tugas di Pulau Jawa, Raffles sangat berminat pada sejarah Pulau Jawa. Ia menyusuri prasasti-prasasti yang ada di Pulau Jawa termasuk di Jawa
Timur. Bebeberapa prasasti bahkan dibawa ke India untuk dibaca oleh ahli huruf
Palawa dan bahasa Sanskrit, kemudian menerbitkan The History of Java.
Di kemudian hari ia membawa beberapa ahli sejarah, diantaranya J. Brandes yag
menterjemahkan Kitab Pararaton dan H. Kern yang menterjemahkan Kitab
Negarakertagama. Pada dua kitab tersebut diperoleh informasi tentang 10 November 1293. Informasi dari
Raffles yang mantan gubernur jenderal di Pulau Jawa bersifat A1 dan sangat
penting. Pertanyaan berikutnya, "Mengapa 10 November 1293 yang penuh kemenangan
dan kejayaan dijadikan moment
penghancuran dan pralaya agung di Surabaya?” Tidak ada yang tahu pasti.
Bisa
jadi pasukan sekutu yang dipimpin Inggris ingin mengecilkan dan menindas
kebanggaan 10 November 1293. Tapi tekat pemuda, para kiai dan santri tidak
patah oleh ancaman kematian massal demi mempertahankan kemerdakaan. Bagaimana
pun darah yang tumpah di Surabaya pada 10 November 1945 makin menyuburkan
semangat Indonesia untuk tetap merdeka dan tetap berdaulat. Semangat Hari
Pahlawan dan Selamat Hari Jadi Kota Surabaya.***
No comments:
Post a Comment