Agus Wibowo
![]() |
Arca untuk Sangrama Wijaya |
Sangrama
Wijaya yang lebih dikenal sebagai Raden Wijaya adalah pendiri Kerajaan
Majapahit pada 10 November 1293. Sebelum mendirikan Kerajaan Majapahit,
Sangrama Wijaya mengalami petualangan yang menegangkan dan mematikan. Ketika
terjadi pemberontakan oleh Jayakatwang, Sangrama Wijaya disuruh oleh
Kertanegara untuk memadamkan kerusuhan di utara kota Singasari. Setelah
berhasil mengatasi penyerangan di utara, Sangrama Wijaya kembali ke istana tapi
ternyata istana Singasari sudah diduduki pasukan Jayakatwang.
Dia juga
mendengar kabar bahwa Kertanegara telah tewas bersama pembesar istana lainnya, bahkan
semua putri Kertanegara ditawan oleh Jayakatwang. Sempat melakukan perlawanan
dan membebaskan putri sulung Kertanegara, Sangrama Wijaya bersama 12 orang
pasukannya memutuskan melarikan diri dan dikejar ratusan Pasukan Jayakatwang.
Mereka sempat bersembunyi di Desa Kudadu sebelum akhirnya sampai pantai dan
menyeberang ke Pulau Madura menuju Kadipaten Sumenep.
Di
Sumenep Sangrama Wijaya mendapatkan jaminan perlindungan dan dukungan dari Aria
Wiraraja untuk merebut kekuasaan dari Jayakatwang. Dalam pertemuan dengan
Adipati Sumenep ini Sangrama Wijaya berjanji memberikan setengah wilayah bekas
Kerajaan Singasari yang sebelah timur, termasuk Lumajang, Jember, sampai ke
Blambangan di ujung timur Pulau Jawa dan juga Pulau Madura. Tapi, jaminan Aria
Wiraraja tidak menjamin keberhasilan misi. Sangrama Wijaya harus pura-pura
menjadi pengabdi Jayakatwang, penguasa Kediri yang pasukannya beberapa hari
lewat memburunya.
Kitab
Pararaton menceritakan bahwa Sangrama Wijaya berhasil dipercaya oleh
Jayakatwang, melakukan pengamatan kekuatan militer sambil membangun kekuatan
pasukan tersembunyi di Desa Majapahit di dalam Hutan Tarik. Ketikan Pasukan
Mongol datang untuk menghukum Kertanegara, dibelokkan untuk menyerang
Jayakatwang. Dengan muslihat Aria Wiraraja, Sangrama Wijaya juga memimpin
pengisiran Pasukan Mongol. Pasca perang, Sangrama Wijaya mendeklarasikan
berdirinya kerajaan baru yang dinamakan Majapahit, sedangkan dia sendiri
dilantik menjadi raja dengan nama dan gelar Nararya Sangrama Wijaya Kertarajasa
Jayawardhana.
Manajemen Konflik Pengaruh
Setelah
berkuasa, Sangrama Wijaya menghadapi kompleksitas manajemen kekuasaan. Beberapa
tantangan yang dihadapinya antara lain: pertama,
legitimasinya sebagai raja memiliki kelemahan karena bukan putra mahkota
Kerajaan Singasari. Kedua, ada
ketergantungan yang sangat besar kepada Aria Wiraraja dan keluarganya, dan ketiga, datangnya pasukan laut Singasari
yang pulang dari misi Ekspedisi Pamalayu dan membawa keberhasilan. Kelompok
militer ini membawa keberhasilan tapi menjadi pesaing Keluarga Aria Wiraraja
yang berjasa merebut kembali kekuasaan dari Jayakatwang. Hal ini menambah
kerumitan ketika harus menentukan jabatan dan posisi penting di Majapahit.
Satu
tahu menjadi raja, keputusan Raja Wijaya memilih Nambi menjadi Patih, ditentang
secara terbuka oleh Ranggalawe. Ekspresi Ranggalawe yang tidak suka dengan
keputusan raja ini memunculkan desas-desus akan terjadinya pemberontakan oleh
Ranggalawe, bersamaan dengan desas-desus adanya tindakan penumpasan oleh
pasukan Majapahit. Mobilisasi pasukan benar-benar terjadi dan perang antara dua
kubu terjadi di Kali Tambakberas di Gresik. Pemberontakan Ranggalawe bisa
dipadamkan. Setelah Perang Ranggalawe, Aria Wiraraja menagih janji tentang
separuh wilayah Majapahit dan Sangrama Wijaya memenuhi janjinya. Beberapa tahun
kemudian, Lembu Sora paman Ranggalawe yang dianggap melakukan pembangkangan
pada raja. Lembu Sora yang dituduh melakukan penghianatan dan kejahatan perang
karena membunuh Mahisa Anabrang yang merupakan senopati pasukan sendiri, terancam hukuman mati dan
dipanggil oleh Raja Wijaya. Lembu SOrang datang ke Istana setelah panggilan
ketiga. Karena yakin bahwa sangat dipercaya oleh raja, Lembu Sora datang ke
istana dengan pengawalan dan bersenjata. Sikap Lembu Sora dianggap membahayakan
keamanan raja, sehingga dia dihadang pasukan kawal istana sampai akhirnya
terjadi pertempuran di halaman istana. Lembu Sora tewas dalam pertempuran ini.
Untuk
mengatasi tantangan konflik kekuasaan dua kubu berpengaruh besar, Sangrama
Wijaya membuat inovasi dengan membuat struktur baru di lingkaran intinya, yaitu
Darmaputra. Mereka terdiri dari orang-orang pilihan dengan keahlian khusus,
yaitu: Ra Kuti, Ra Tanca, Ra Semi, Ra Wedeng, Ra Yuyu dan Ra Kembar. Para
Darmaputra hanya dibentuk di masa Raden Wijaya dan tidak pernah diganti atau
diadakan di raja Majapahit berikutnya.
Sangrama
Wijaya wafat di tahun 1309 setelah 16 tahun berkuasa. Dia mempunyai satu putri
dari permaisuri yaitu Tribuana Tunggadewi dan seorang putra dari istri yang
putri Raja Darmasraya, yaitu Janayegara. Keluarga kerajaan akhirnya memutuskan
Jayanegara menjadi Raja Majapahit ke-2. Potensi laten persaingan pengaruh di
masa Sangrama Wijaya masih muncul di masa Jayanegara. Beberapa pemberontakan
justru banyak dilakukan oleh para Darmaputra, yang tidak mendapatkan perlakukan
istimewa lagi di masa Jayanegara.
Legitimasi
Politik Sangrama Wijaya
Sebagai
salah satu pangeran di istana Singasari, Sangrama Wijaya kelihatannya tidak
mwmpunyai legitimasi kuat sebagai pengganti Raja Singasari Keetanegara, karena
dia bukan putra maupun adik Kertanegara. Meskipun begitu, Aria Wiraraja yang
lama tinggal di istana Singasari memahami bahwa Sangrama Wijaya adalah cucu
Mahisa Cempaka, pemilik tahta istana Kediri yang rela menyerahkan kekuasaannya
kepada Wisnuwardhana pada tahun. Hal ini tertulis di Prasasti Mula Malurung
yang dibuat tahun 1258 oleh Kertanegara atas perintah Wisnuwardhana. Setelah
menjadi raja Majapahit, Sangrama Wijaya mengukuhkan legitimasinya dengan
memposisikan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa. Peneguhan sebagai anggota
Wangsa Rajasa ini ditulis di dalam Prasasti kudadu dan Prasasti Belawi.
Legitimasi politik juga dimantapkan dengan menikahi putri-putri Kertanegara,
salah satunya Rajapadni yang menjadi Permaisuri.
Sangrama
Wijaya dikatakan menegakkan Wangsa Rajasa karena dua raja Singasari yang
terakhir adalah dari keturunan Ken Dedes dan Tunggul Ametung. Berdasarkan
Prasasti Mula Malurung, Kertanegara adalah putra Wisnuwardhana, cucu Anusapati
-yang adalah putra Ken Dedes dan Tunggul Ametung. Prasasti ini juga menjelaskan
bahwa Sangrama Wijaya adalah cucu Mahisa Cempaka, cicit Mahisa Wong Ateleng
-yang merupakan putra dari Ken Dedes dan Ken Arok.
Siapa
orang tua Sangrama Wijaya? Kitab Pararaton dan Negarakertagama memberikan
informasi yang berbeda. Menurut Pararaton ayah Sangrama Wijaya adalah Mahisa
Cempaka sedangkan menurut Negarakertagama orang tuanya adalah Dyah Lembu Tall
putra Mahisa Cempaka. Dalam prasasti-prasasti yang dikeluarkannya, termasuk
Kudadu, Belawi maupun Sukamerta Sangrama Wijaya tidak menuliskan dengan jelas
identitas orang tuanya. Dia hanya menuliskan bahwa pembangun prasasti sebagai anggota Wangsa Rajasa.
No comments:
Post a Comment