Agus
Wibowo
Gunung
Penanggungan menjadi salah satu gunung paling disucikan di masa Kerajaan
Kahuripan di abad 11 sampai masa kerajaan Majapahit yang berakhir di awal abad
16. Di gunung ini ditemukan tidak kurang dari 80 bangunan suci yang tersebar di
berbagai titik lereng.
![]() |
Gunung Penanggungan |
Gunung
Penanggungan terletak di wilayah Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan
Provinsi Jawa Timur. Gunung ini merupakan gunung berapi dengan ketinggian 1653
mdpl dan mempunyai bentuk yang unik karena puncaknya dikelilingi oleh 8 anak
gunung, yang letaknya berselang seling. Delapan anak gunung yang mengelilingi
Puncak Gunung Gunung Penanggungan adalah: Gunung Kemucup (1238 mdpl), Gunung
Srahklapa (1235 mdpl), Gunung Bekel (1260 mdpl), Gunung Gajah Mungkur (1089
mdpl), Gunung Wangi (987 mdpl), Gunung Bende (1015 mdpl) Gunung Jambe 745 mdpl)
dan Gunung Gambir (588).
Penelitian
arkeologi di Gunung Penanggungan dimulai dengan penemuan kepurbakalaan di
Selokelir oleh Broekvelt di tahun 1900. Pada tahun 1915, M. Lydie Melvile
mengunjungi gunung ini dan menemukan beberapa bangunan kuno, sebuah arca,
prasasti, dan beberapa batu umpak. Pada tahun 1921 De Vink mengunjungi daerah
Gunung Bekel, dimana ia menemukan bekas pertapaan dan sebuah batu bertulis dengan
angka tahun 1336 saka (14141). Pada tahun 1935 dan 1936, M.A. Gall dan
Stuterheim mengadakan penelitian di daerah tertinggi Gunung Penanggungan.
80
Bangunan Suci
Pada
tahun 1936, 1937 dan 1940 Dinas Purbakala melakukan penelitian di daerah Gunung
Penanggungan dan menemukan bangunan kuno berbentuk candi, punden yang jumlahnya
tidak kurang dari 80 buah. Pada tahun 1972, A.S. Wibowo melakukan penelitian di
daerah ini dan mengemukakan bahwa bangunan kuno di Gunung Penanggungan
berjumlah kurang lebih 81 buah. Pada tahun 1975, Tjokro Sudjono dari Lembaga
Purbakala dan Peninggalan Nasional cabamg II Mojokerto mengadakan inventarisasi
kembalidaerah Gunung Gajah Mungkur, Gunung Bekel dan lereng barat laut Gunung
Penanggungan. Hasilya ditemukan kurang lebih 30 candi, beberpa arca, keramik
lokal dan asing, serta fragmen bangunan candi dan arca.
Dari
berbagai penelitian di Gunung Penanggungan dapat diketahui bahwa bangunan
purbakala yang ada di gunung ini didirikan antara tahun 977 masehi sampai
dengan 1511. Berdasarkan pertanggalannya, secara umum kepurbakalaan di Gunung
Penanggungan dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok yang dibangun
sekitar abad X dan kedua, kelompok bangunan yang dibangun sekitar abad 13
sampai dengan awal abad 16.
Banyaknya
peninggalan purbakala di gunung ini mengindikasikan bahwa gunung ini pada masa
lalu merupakan tempat suci bagi masyarakat Jawa Timur. Dalam Kitab Tantu
Pagelaran disebutkan bahwa Gunung Penanggungan dikenal dengan nama Pawitra yang
merupakan pindahan Gunung Mahameru di India. Pemindahan Gunung Mahameru ke Jawa
konon bertujuan untuk memperkuat dan memperkokoh pulau Jawa yang dianggap masih
labil. Ketika dipindahkan bagian Mahameru banyak yang tercecer. Bagian
puncaknya jatuh menjadi Pawitra, yaitu Gunung Penanggungan.
Berikut
beberapa bangunan suci dalam bentuk candi yang ada di lereng Gunung
Penanggungan. Bangunan dalam bentuk candi ini ditemukan tersebar dibeberapa
tempat, ada yang masuk wilayah Kabupaten Mojokerto maupun Kabupaten Pasuruan.
Candi
Jolotundo
![]() |
Candi Petirtaan Jolotundo |
Petirtaan
Jolotundo terletak di Dukuh Balekambang, Desa Seloliman, Kecamatan Trawas,
Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Situs ini terletak di lereng barat Gunung
Penanggungan pada ketinggian 525 meter dari permukaan laut (DPL). Petirtaan ini
dipugar pada tahun anggaran 1991/1992 sampai dengan 1993/1994 melalui proyek
Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur. Candi Jolotundo
berbentuk persegipanjang dengan teras di tengah dan puncak pancuran di
tengah-tengahnya. Hal ini memiliki arti simbolis sebagai gambaran mahameru.
Dalam konsep Hindu, Gunung Mahameru dianggap sebagai Gunung Suci tempat
bersemayam para dewa. Konsepsi ini sebenarnya telah dikenal sejak jaman
prasejarah masa megalitik yang menganggap gunung sebagai uncur tertinggi tempat
bersemayam roh nenek moyang.
Candi
Jolotundo dianggap pula melambangkan pengadukan lautan dalam cerita
Amrtamanthana yang menceritakan proses mendapatkan air suci dengan menggunakan
Gunung Mahameru yang dililit oleh Ular Batara Wasuki. Berdasarkan hal tersebut,
Kolam Jolotundo diibaratkan sebagai lautan, sedangkan teras dengan pancuran
berbentuk silindris yang dililit seekor ular melambangkan bentuk Mahameru. Air
yang keluar dari pancuran itu sendiri dianggap sebagai air suci Amerta.
Candi
Sinta
Candi
Sinta merupakan bangunan berteras empat, terletak di lereng barat Gunung
Penanggungan, yang terletak di sebelah utara Candi Gentong. Kondisi teras 1 dan
teras 2 telah rusak sedangkan teras 3 dan teras 4 masih ada meskipun
tidak utuh. Bekas anak tangga menuju ke teras 1 masih bisa ada tapi anak tangga
ke teras 2, 3 dan 4 sudah tidak ada. Pada teras ke 4 yang merupakan teras
paling belakang terdapat sebuah bangunan altar. Candi Sinta dibangun di masa
akhir Kerajaan Majapahit antara abad 14 dan 15 masehi.
Candi
Bayi
Candi
Bayi terletak di lereng barat Gunung Penanggungan pada ketinggian 810 mdpl.
Sebenarnya yang dinamakan candi adalah duah buah tumpukan batu
candi, yang susunannya sudah tidak beraturan sehingga arah hadap
candi sulit ditentukan. Diantara tumpukan batu candi terdapat beberapa batu
yang memiliki hiasan pelipit horisontal dan pelipit miring. Belum diketahui
secara pasti asal-usul batu candi yang tertumpuk tersebut, karena sampai saat
ini belun ditemukan sumber sejarah yang dapat memberikan informasi tentang asal
batu-batu di candi itu.
Candi Gentong
![]() |
Candi Gentong |
Candi Gentong terletak di lereng sebelah barat Gunung Penanggungan, terletak tepat di sebelah Candi Sinta. Candi ini dinamakan Gentong karena di tempat ini terdapat sebuah gentong yang berbentuk bulat dan berkarinasi datar dengan ukuran bagian tubuh paling lebar sedangkan bagian dasarnya mengecil. Seluruh permukaan gentong dibuat agak halus tanpa hiasan. Di sebelah kanan gentong terdapat sebuah altar pemujaan yang berbentuk persegi empat dengan struktur bangunan yang dihias pelipit-pelipit horisontal yang semakin ke atas semakin melebar. Bagian bawah berfungsi sebagai dasar altar telah mengalami konsolidasi. Candi Gentong dibangun pada masa akhir Kerajaan Majapahit di abad 15.
Candi
Siwa
Candi
Siwa terletak di lereng barat Gunung Penanggungan, terletak pada ketinggian
1050 mdpl. Bangunan candi berbentuk persegi panjang menghadap ke arah barat dan
merupakan bangunan berundak berteras lima. Anak tangga batu yang menghubungkan
teras 1 sampai teras 5 sudah rusak. Hiasan yang masih ada pada candi Siwa
adalah panel persegi panjang di dinding teras 1 berukuran 1,10 meter, lebar 35
sentimeter dan tebal 3 sentimeter. Di dinding sebelah kiri dan kanan tangga
teras 2 ada hiasan timbul berbentuk medalion diapit oleh sebuah hiasan silang.
Hiasan timbul berbentuk belah ketupat ada di sebelah kiri dan kanan tangga
teras 3. Kondisi teras ke-4 rusak dan tidak menampakkan adanya bangunan altar.
Candi Siwa, diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Majapahit di abad 14-15.
Candi
Naga 1
Candi
Naga 1 merupakan bangunan berteras 4 yang terletak di Gunung Bekel, menghadap
ke arah timur di ketinggian 1060 mdpl. Bangunan candi ini berbentuk bujur
sangkar, berukuran 8x8 meter. Tangga masuk ke halaman candi menempel pada
lereng yang curam. Antara teras satu dengan teras lain dihubungkan oleh anak
tangga dengan pipi tangga yang sudah tidak utuh lagi. Teras 1 mempunyai lima
buah anak tangga dan penampil. Teras 2 mempunyai 4 anak tangga. Dinding teras 1
dan 2 memiliki struktur batur relief yang masih utuh dan keadaan polos tanpa
hiasan. Pintu masuk dan anak tangga dari teras 2 menuju ke teras 3 sudah rusak
dan pada dinding teras terdapat hiasan bentuk belah ketupat sebanyak 8 buah.
Pada teras tertinggi tampak adanya sisa-sisa bangunan pemujaan yang sudah
rusak. Ragam hias pada Candi Naga 1 antara lain pelipit horisontal, hiasan
tumpel, relief taring dan lidah naga. Secara keseluruhan keadaan candi ini
diperkirakan dibangun pada masa akhir Kerajaan Majapahit.
Candi
Naga 2
Candi
Naga 2 terletak di lereng Gunung Penanggungan pada ketinggian 1000 mdpl,
menghadap ke arah barat. Bangunan berbentuk persegipanjang dan merupakan
bangunan berteras 3. Ketiga dinding teras masih tersusun baik dan tepat. Di
tengah candi terdapat tumpukan batu. DI teras 1 terdapat tangga dengan ragam
hias tumpel di kanan kiri teras terdapat panel kosong tanpa relief. Dinding 1
dan 2 polos tanpa hiasan kecuali pelipit horisontal. Di atas teras 2 dan 3
terdapat sisa-sisa bangunan pemujaan. Keadaan candi sebagian besar rusak. Candi
Naga 2 diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Majapahit di abad 15.
Candi
Belahan
![]() |
Candi Petirtaan Belahan |
Candi Belahan merupakan petirtaan yang terletak di
Gunung Penanggungan, sama dengan Candi Jolotundo. Bedanya, jika Candi Jolotundo
terletak di wilayah Kabupaten Mojokerto, Candi Belahan terletak di lerang
gunung yang ada di wilayah Kabupaten Pasuruan, tepatnya di Desa Wonosuryo,
Kecamatan Gempol. Perjalanan menuju Candi Belahan tidaklah mudah, karena harus
melewati jalan desa yang rusak, berliku, dan terjal. Berdasarkan naskah dalam
Prasasti, candi ini dibangun oleh Raja Erlangga di akhir masa kekuasaannya sebelum
turun tahta dan menyerahkan kerajaan kepada dua orang putranya, menjadi
Kerajaan Panjalu dan Kerajaan Jenggala di tahun 1042.
Awalnya pada Candi Belahan terdapat arca yang diyakini
sebagai arca Prabu Airlangga yang berwujud Dewa Wisnu dengan empat tangan,
yaitu tangan kiri bagian belakang memegang sangka, sedangkan tangan
kanan belakang menggenggam cakra, semacam senjata berupa roda
bergerigi yang dapat mengakhiri segala kehidupan. Sementara kedua tangan yang
lain membentuk sifat mudra, tulus bersemedi. Arca ini telah
dipindahkan dan menjadi koleksi dari Museum di Trowulan, Kabupaten
Mojokerto.Tepat di bawah arca Prabu Airlangga terdapat dua arca unik yang
menggambarkan dua permaisuri Erlangga, yaitu Dewi Laksmi dan Dewi Sri. Ciri
khas candi yang mudah diingat adalah adanya pancuran air yang keluar payudara
kedua arca.
Candi
Pendawa
Candi
Pendawa terletak di lereng barat laut Gunung Bekal atau berada di sebelah timur
laut Candi Naga 1, terletak di ketinggian 1000 mdpl dan menghadap ke arah
utara. Bangunan candi ini berteras lima berbentuk persegipanjang dengan ukuran
panjang 12,30 meter dan lebar 10 meter. Teras 1 memiliki tangga, dimana dinding
sampai dengan teras 4 terbuat dari batu gundul sedangkan dinding teras 5
terbuat dari susunan batu candi. Sebagian besar kondisi fisik Candi Pendawa
dalam keadaan rusak. Candi ini diperkirakan dibangun pada masa akhir Kerajaan
Majapahit di abad 15 Masehi.
Candi
Balekambang
Candi
Balekambang terletak di lereng barat Gunung Bekel pada ketinggian 1.200 mdpl.
Yang dimaksud dengan Candi Balekambang adalah susunan empat buah umpak batu
berbentuk persegipanjang. Bentuk masing-masing umpak persehi emapat dimana
bagian dasar umpak lebih besar daripada bagian atasnya dan batu umpak ini tidak
terdapat hiasan. Keempat umpak berdiri di atas batur yang ditinggikan. Dinding
batur terbuat dari tumpukan batu merah, batu candi dan batu gundul yang
tatanannya sudah tidak rapi lagi. Karena ada tangga yang rusak di sisi timur,
maka dapatlah diartikan bahwa batu candi menghadap ke timur. Di sebelah kanan
dan kiri tangga masuk terdapat dua buah umpak kecil dari batu. Kurang lebih 2,5
meter arah bart dari batur terdapat dua buah arca yang belum selesai dibuat dan
sebuah batu relief melukiskan miniatur bangunan candi serta seorang wanita
dalam keadaan berdiri dengan lengan kanan lurus ke depan sedangkan tangan
kirinya memegang pinggul. Secara keseluruhan candi keseluruhan candi
Balekambang dapat dikatakan dalam keadaan baik. Candi Balekambang diperkirakan
dibangun pada akhir masa kerajaan Majapahit.
Candi
Merak
Candi
Merak merupakan banhunan candi berteras 2 terletak di di Timur Laut Gunung
Bekal, pada ketinggian 950 mdpl, menghadap ke arah utara. Bangunan candi
berbentuk bujursangkar dengan ukuran 5,5 x 5,5 meter. Halaman candi cukup luas,
di ujung halaman terdapat tangga naik dengan pipi tangga sudah rusak. Penampil
tangga menuju teras satu terdiri atas lima buah anak tangga. Sisa ragam hias
yang tampak pada teras satu berupa pelipit horisontal dan relief sulur suluran.
Pada teras dua terdapat ragam hias pelipit horisontal, motif sulur dau, motif
umpak dan di puncak teras terdapat susunan batu berbentuk makam terdiri dari ..
segi empat dan dua buah riasan berbentuk ..polos. Pada batu-batu lepas terdapat
hiasan motif bunga padma berhias dan motif awan. Keadaan candi merak cukup
baik. Candi ini diperkirakan dibangun pada masa akhir Kerajaan Majapahit di
abad 15 Masehi.
Candi
Lemari
Candi
Lemari merupakan bangunan berteras empat, yang terletak di lereng barat Gunung
Penanggungan, atau di sebelah timur Gunung Bekel, di ketinggian 950 mdpl. Candi
ini menghadap ke arah utara, berbentuk persegi panjang dengan panjang 6,6 meter
dan lebar 5,8 meter. Tangga yang menghubungkan antara teras satu dengan teras
lain berada di sisi utara candi yang dibuat dari susunan batu gundul tanpa
motif. Di teras paling belakang atau tertinggi, teras 4, terdapat bangunan
altar dengan ragam hias artefak sudut berbentuk jajaran genjang dan
pelipit-peipit horisontal. Keadaan candi Lemari rusak, Candi ini diperkirakan
dibangun pada masa akhir Kerajaan Majapahit di abad 15.
Candi
Shinta
Candi
Shinta merupakan bangunan berteras empat yang terletak di lereng barat Gunung
Penanggungan, di sebelah utara Candi Gentong. Keadaan teras 1 dan teras 2 dalam
keadaan rusak sedangkan teras 3 dan teras 4 dalam kondisi bagus meskipun tidak
utuh. Bekas anak tangga menuju ke teras 1 masih ada, tetapi anak tangga ke
teras 2, 3 dan 4 sudah tidak ada. Pada teras ke-4 yang merupakan teras paling
belakang terdapat sebuah bangunan altar. Candi Shinta dibangun pada masa akhir
Kerajaan Majapahit abad 15.
Candi
Pura
Candi
Pura merupakan bangunan berteras 3, terletak di lereng Gunung Bekel menghadap
ke arah barat. Keadaan bangunan sudah rusak, yang nampak hanya tumpukan
batu-batu andesit berserakan. Pintu masuk dan anak tangga dari teras 1 ke teras
lain di atasnta sudah tidak ada. Di teras 1 terdapat batu lepas dengan hiasan
relief bermotif sulur-suluran sedangkan struktur bangunan di teras 2 sudah
banyak yang lepas sehingga batu-batu candi bertumpuk begitu saja tidak beraturan.
Di teras ini terdapat hiasan relief sulur-suluran, bunga dan medalion. Teras 2
merupakan teras paling belakang dan tertinggi. Keadaannya sama dengan teras 1,
yang tampak setengah utuh adalah bangunan altar dari batu andesit. Bagian atas
berukuran panjang 1,12 meter dan lebar 1,1 meter sedangkan bagian bawahnya
memiliki panjang 1,74 meter dan lebar 1,14 meter. Bangunan altar dihias dengan
relief motif sulur-suluran. Di depan bangunan candi terdapat lumpangan dari
batu andesit dalam keadaan utuh, dengan ukuran tebal 19 sentimeter, diameter
atas 53 sentimeter dan diameter bawah 31 sentimeter. Lubang lumpang
sedalam 10 sentimeter. Candi Pura diperkirakan dibangun pada masa akhir
Kerajaan Majapahit.
No comments:
Post a Comment