Agus Wibowo
![]() |
Tongkat Dua Naga |
Tongkat berwarna emas dengan pegangan dua
kepala naga ini merupakan koleksi Museum Singasari, yang terletak di Desa
Klampok, Kecamatan Singosari di Kabupaten Malang. Museum ini terletak berdekatan dengan beberapa situs bekas Kerajaan Singasari, diantaranya Candi Singasari,
pemandaian Ken Dedes dan dua arca Dwarapala Raksasa.
Menurut petugas penjaga museum, tongkat berkepala dua naga ini
melambangkan pembagian dua Kerajaan Kahuripan menjadi Kerajaan Jenggala dan Kerajaan Panjalu atau Kediri. Bisa
dilihat di tongkat, bahwa naga kedua seperti keluar dari tengkuk atau leher
bagian atas naga utama.
Berdasarkan Kitab Negarakertagama, Serat Calon Arang dan
Prasasti Wurareh di Arca Joko Dolog, pembagian kerajaan Kahuripan dilakukan karena Raja
Erlangga mempunyai dua putra yang sama-sama ingin berkuasa. Sebelum membelah
kerajaan, Erlangga menempuh cara lain. Dengan bantuan Resi Barada, dia berusaha
melakukan pendekatan ke Kerajaan Bedahulu di Bali untuk menjajaki
kemungkinan satu putranya menjadi raja di Bali, karena bagaimana pun
Erlangga adalah putra sulung raja Udayana. Tapi, kerajaan di Bali
sudah dipimpin oleh anak cucu Udayana lainnya.
Demi melanjutkan ketenteraman dan kemakmuran di Pulau Jawa,
Kerajaan Kahuripan pun dibagi di bulan November 1042. Putra dari permaisuri
bernama Samara Wijaya menjadi raja Panjalu beristana di Daha dan putra dari
istri kedua bernama Mapanji Garasakan berkuasa di Jenggala beristana di Kahuripan.
Pembagian kerajaan dibantu oleh Resi Barada dengan membangi beberapa hal antara
lain: pejabat kerajaan, pasukan, rakyat dan tentu saja wilayah.
Penentuan batas wilayah konon dilakukan dengan memancurkan
air kendi dari langit, dengan Gunung Kawi sebagai titik tengahnya.
Hanya saja, seperti posisi dua naga pada tongkat yang
bertolak belakang, Kerajaan Jenggala dan Panjalu juga bertolak belakang. Dua
raja kakak-adik putra Erlangga bersaing sejak awal pembagian dua raja.
Persaingan dua kerajaan ini sangat panjang, sampai Sri Jayabaya memenangkan
perang di tahun 1135, yang terkenal dengan semboyan “Panjalu Jayanti”. Kondisi
sempat berbalik di tahun 1222 dimana Kerajaan Singasari yang berpusat di bekas wilayah
Kerajaan Jenggala mengalahkan Panjalu yang dipimpin Sri Kertajaya.
Di masa Majapahit, dua kerajaan warisan Erlangga ini menjadi
dua wilayah bawahan yang penting, yang penguasanya dikenal dengan
sebutan Bre Kahuripan (Jenggala) dan Bre Daha (Panjalu
atau Kediri). Sebelum dan sesudah menjadi Ratu Majapahit, Tribuana Tunggadewi
adalah Rani di Kahuripan, sedangkan Hayamwuruk adalah raja muda di Daha sebelum
menjadi raja Majapahit di tahun 1350.***
No comments:
Post a Comment