
Penelitian
Candi Jolotundo telah dilakukan oleh beberapa ahli, antara lain Wardenaar pada
tahun 1815 dengan melakukan penggalian dan menemukan peripih batu di
tengah-tengah kolam yang berisi abu dan potongan emas dengan tulisan yang
menyebut Dewa Isana dan Agni. Pada tahun 1838, Domais menemukan arca naga dan
garuda di sudut kolam induk. Pada tahun 1840, beberapa ahli seperti Sieburgh,
Yunhung, van Hoevel dan Brumund datang dan mendeskripsikan temuan yang ada.
Pada tahun 1937, Stutterheim menemukan dan meneliti sebuah pancuran batu yang
berbentuk silinder yang dianggap sebagai bagian puncak teras Jolotundo. Selain
itu, Bosch meneliti arsitektur, seni hias dan relief Jolotundo. Pada tahun
1987, Soekartiningsih, seorang mahasiswi Arkeologi UGM membahas tentang pendiri
dan fungsi petirtaan Jolotundo dalam skripsinya. Berdasarkan hasil
penelitiannya, dapat disusun aspek arkeologis dan kesejarahan, serta fungsi Jolotundo.